Minggu, 14 Februari 2016

Cara Memecahkan Kebuntuan

Cara-Memecahkan-Kebuntuan
Bottleneck


Update terbaru artikel-artikel menarik, renyah, dan inspiring tentang manajemen keuangan, akuntansi, karir bidang keuangan, dan personal finance pindah ke  www.manajemenkeuangan.net



Banjir lagi, banjir lagi...

Kalimat itu meluncur dari lisan orang di kota Sidoarjo yang seminggu wilayahnya terendam banjir.

Banyak orang yang tidak siap menghadapi berbagai situasi yang cepat berubah. Musim hujan banjir, orang mengeluh susah.  Padahal pada waktu belum banjir dia lupa mempersiapkan diri menghadapi masa-masa banjir.

Kita tidak ingin seperti pepatah “ sebelum rasa sakit seseorang melebihi rasa takutnya, maka manusia belum mau berubah “, sehingga sebelum banjir itu bertambah parah, kita harus melakukan tindakan pencegahan.

Coba kita lihat bagaimana perusahaan kokoh berikut ini mampu bertahan dari suasana yang mematikan.

Nucor, sebuah Nuclear Corpotation yang menghadapi situasi paceklik, tanpa pendapatan setelah perang Korea berakhir tahun 1955.  Dengan ekuitasnya, Nucor bertahan sambil mencari bisnis baru sesuai core competence-nya. Tahun 1962 Nucor menemukan bisnis baru dengan mengakuisisi pabrik baja kecil. Kini Nucor menjadi salah satu perusahaan baja terbesar di Amerika Serikat.

Pepatah mengatakan pada setiap dinding selalu ada pintunya. Tugas manusia adalah mencari pintu keluar. Pintu keluar dari banjir rutin tahunan, pintu keluar dari kesulitan keuangan, pintu keluar dari situasi paceklik, dan pintu keluar dari persoalan-persoalan lainnya.

Alam selalu berubah. Alam yang tadinya bersahabat, tiba-tiba menjadi tidak bersahabat. Tadinya bisnis itu sudah enak, tiba-tiba cara itu sudah diambil orang lain, atau tiba-tiba banyak kesulitan. 

Tugas manusia adalah berpikir kreatif mencari jalan keluar. mencari cara kreatif untuk memecahkan kebuntuan, kebuntuan yang menyebabkan suatu wilayah banjir atau pertumbuhan perusahaan macet.

Pertumbuhan perusahaan diukur dengan 4 aspek yaitu omset, aset, laba, dan nilai perusahaan ( market cap ). Bila keempat aspek itu mengalami kebuntuan bahkan penurunan, cari dan temukan kebuntuan itu dan kemudian memperlebarnya.

Setelah diperlebar, segera temukan kebuntuan baru dan segeralah diperlebar lagi, demikian seterusnya. Lalu bagaimana dengan banjir, temukan kebuntuan, perlebar dan seterusnya.


Bagaimana?

Jumat, 12 Februari 2016

Raksasa di Ujung Senja

raksasa-di-ujung-senja


Update terbaru artikel-artikel menarik, renyah, dan inspiring tentang manajemen keuangan, akuntansi, karir bidang keuangan, dan personal finance pindah ke  www.manajemenkeuangan.net



Lazimnya sebuah proses perjalanan hidup, diawali dengan kelahiran, kemudian bertumbuh,  dewasa, menua dan akhirnya mati.
Demikian juga dengan perjalanan sebuah bisnis, dia lahir-tumbuh-dewasa-mati, berikut ini beberapa contohnya:

Anda tentu mengenal “Mentos”, sebuah merk permen yang mendunia. Sejarah Mentos diawali tahun 1900 saat Izaak Van Melle mengubah toko roti ayahnya di Breskens-Belanda menjadi pabrik permen Mentos.

Van Melle diakuisisi  dan merger dengan Perfetti – Italia tahun 1932. Saat ini Mentos tersedia di lebih dari 150 negara dengan omset Rp 37 T.

Berikutnya, Teva Pharmaceutical Industries Ltd, dimulai dari grosir obat impor pada tahun 1901 di Al Quds ( Jerusalem ) oleh C. Salomon , M.Levin & Y. Elstein. Pada tahun 1930 mereka membangun pabrik obat pertama di Al Quds.

Kini Teva Pharmaceutical Industries Ltd menjadi perusahaan obat generik nomor satu dunia dengan omset Rp 270T, dan hadir di hampir semua negara di dunia.  

Lakshmi Mittal, tahun 1976 merintis bisnis baja dari Sepanjang, Sidoarjo, Jawa Timur. Melalui penguasaan pada setiap detail bisnis, Lakshmi Mittal berkembang menjadi raja baja nomor satu dunia dengan bendera ArchellorMittal.

Narasi perjalanan sukses berikutnya adalah kisah sang raksasa Google. Google didirikan oleh Larry Page dan Sergey Brin saat masih mahasiswa Ph.D. di Universitas Stanford. Mereka berdua memegang 16 persen saham perusahaan. Mereka menjadikan Google sebagai perusahaan swasta pada tanggal 4 September 1998. Pernyataan misinya adalah "mengumpulkan informasi dunia dan membuatnya dapat diakses dan bermanfaat oleh semua orang", dan slogan tidak resminya adalah "Don't be evil". Pada tahun 2006, kantor pusat Google pindah ke Mountain View, California. ( sumber : wikipedia ) 

Dan berikut cerita sukses dari negeri sendiri, Mitra 10. Mitra 10 adalah salah brand yang dibangun dari bisnis distribusi. Di mulai tahun 1966, berdiri toko cat sederhana dengan label nama “ Sentosa”.  Toko ini adalah cikal bakal dari Mitra 10.

Pada tahun 1983 berkembang menjadi perusahaan distribusi material bangunan. Kemudian disusul distributor bahan kimia. Tahun 1997 berdiri Mitra 10 sebagai toko ritel bahan bangunan modern.

Tahun 2014 Mitra 10 beromset Rp. 7,143 T, laba kotor Rp. 931 M, Laba bersih Rp. 115 M, Aset Rp. 3,308 T, dan ekuitas Rp. Rp. 818 M.


***



raksasa-di-ujung-senja



Narasi akhir perjalanan atau yang sedang menuju akhir dari sebuah bisnis juga bertebaran di berbagai belahan bumi, berikut contohnya :

Mandala Airlines berdiri tahun 1969 sebagai unit penerbangan militer. Pada tahun 2006 Cardig International mengakuisisi Mandala. Tahun 2011 sempat berhenti sejenak karena masalah keuangan. Dan tahun 2014 pailit!.

Berikutnya adalah cerita sang raksasa elektronik dunia dari negeri Samurai ; Sony, Panasonic, dan Toshiba.

Sony didirikan pada 7 Mei 1946 dengan nama Perusahaan Telekomunikasi Tokyo dengan sekitar 20 karyawan. pada 1958 perusahaan mulai secara formal mengadopsi nama "Sony Corporation" sebagai nama perusahaan (wikipedia).

Panasonic Corporation adalah sebuah produsen elektronik Jepang yang berbasis di Kadoma, Prefektur Osaka, Jepang. Perusahaan ini didirikan oleh Konosuke Matsushita pada 1918, dengan produk pertamanya adalah soket lampu dupleks. Pada 1927, perusahaan ini memproduksi lampu sepeda, produk pertama mereka yang dipasarkan dengan merek National. Sejak itu, Matsushita telah menjadi produsen elektronik terbesar di Jepang dan berkompetisi dengan Sony, Thomson, dan Philips. Sebagai produsen semikonduktor, Matsushita merupakan salah satu dari 20 pemimpin penjualan semikonduktor terbesar dunia (sumber : wikipedia).

Toshiba dibentuk pada tahun 1939, merupakan hasil merger dari dua perusahaan. Tokyo Denki adalah perusahaan yang bergerak di bidang consumer goods dan perusahaan mesin Shibaura Seisakusho.

Bagaikan raksasa di ujung senja, industri elektronika Jepang yang begitu digdaya di tahun 80-an dan 90-an, pelan-pelan memasuki lorong kegelapan. Kerugian terus mendera. Awal 2016 mereka menutup pabriknya di Indonesia serta mem-PHK ribuan karyawannya.

Produk-produk dari Korea dan China terus menggerus pasar produk Jepang, sebaliknya raksasa-raksasa elektronik dari negeri Samurai seakan-akan gagap menghadapinya. Akibatnya bisa ditebak, pelan-pelan mereka mengalami kemunduran dan kerugian.  

Dari narasi sukses, narasi perjalanan di ujung senda, dan narasi akhir dari beberapa perusahaan di atas, pelajarannya adalah persaingan akan terus ada di muka bumi ini. Hanya mereka yang kuat yang bisa bertahan.

Kelahiran dan kematian adalah hal lumrah di dunia ini. Satu kematian, akan digantikan oleh lainnya. Sebidang ruang kosong akan ditempati oleh yang lain.

Satu perusahaan mati, akan digantikan oleh perusahaan lain. Terus silih berganti, sampai akhir kehidupan. Yang bisa diupayakan adalah ‘memperlama’ waktu kejayaan itu.

Dan samurai-samurai dari negeri Jepang itu, bisa jadi tidak mampu memperpanjang masa kejayaannya atau memang sudah ‘waktunya’ kembali ke pemilik segalanya.

Lalu bagaimana dengan Ina Snack? kita tunggu saja perjalanannya :)


***