Rabu, 29 Oktober 2014

Ingin memperbaiki dengan tuntas, masuklah!

Ingin memperbaiki dengan tuntas, masuklah



Hari Minggu 06 Oktober 2014 saya mencoba memperbaiki/menutup beberapa bagian atap rumah yang bocor. Saya menggunakan salah satu produk terkenal untuk menutup atap yang bocor itu. Dengan penuh percaya diri, pagi-pagi saya naik atap rumah, setelah bersusah payah, akhirnya sampai juga di atas atap.

Mata ini saya arahkan ke area-area yang mencurigakan. Sekilas tidak ada kebocoran. Akhirnya saya menutup beberapa area yang diperkirakan bocor. Sekali lagi ‘diperkirakan!’. Untuk hasil pastinya, tunggu saja saat hujan...hehehe.

Kenapa menggunakan perkiraan?karena tidak tahu area pastinya!

Kita mengetahui bahwa cara atau metode seperti itu tidak tepat. Kenapa?karena persentase keberhasilannya tidak diketahui.

Lalu bagaimana cara yang tepat?Apakah menunggu setelah ada kejadian?

***
Adanya aksi karena sebelumnya ada peristiwa sebagai penyebab. Sebagaimana cerita sederhana di atas. Saya melakukan perbaikan.menutup atap yang bocor karena ada atap yang bocor! Iya dong hehehe....

Bila kita ada di dalam rumah, area-area yang bocor sebenar dapat dengan mudah dideteksi. Langkah awal yang harus dilakukan adalah mendeteksi area-area itu, kemudian perbaikan bisa dilakukan dari luar dengan naik ke atas atap. Cara seperti ini relatif lebih tepat dibandingkan dengan yang saya lakukan. Alternatif yang lain bisa Anda coba.

Apakah cara seperti ini bisa digunakan untuk hal lain?Bisa, misalnya untuk mencegah kebocoran dana di instansi swasta maupun negara. Masuklah, lalu analisa, dan selanjutkan lakukan aksi menutup kebocoran itu! Kreatiflah dalam mencari solusi.

Bisa jadi ketika kita sudah masuk, akan banyak permasalahan yang harus diselesaikan, belum lagi mungkn saja kita ikut ‘kecipratan’ kotoran. Itu resikonya dan menurut saya gak apa-apa, dari pada kita hanya bisa berkoar-koar dari luar tanpa bisa memberikan solusi yang tuntas untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi. Bukankah kita diberi kemampuan untuk memilih?

Bagaimana dengan Anda?

***  

Selasa, 28 Oktober 2014

Ceruk Pasar Usaha Makanan

Ceruk Pasar Usaha Makanan



Minggu sore iseng jalan-jalan seputaran kota. Di salah satu sudut ada sebuah outlet yang menjual salah satu makanan ter-populer saat ini, yaitu ayam goreng. Sangat banyak kan yang menjual produk itu, dari outlet kelas internasional sampai kelas personal.

Pasar di area itu seakan-akan sudah jenuh!

Tapi di balik ‘kejenuhan’ itu masih ada pengusaha yang dengan jeli bisa memanfaatkan peluang.  Membuat atau memanfaatkan ceruk pasar yang ada dengan maksimal.  Hasilnya? Woww.... sangat mencengangkan! Paling tidak bila sekilas dilihat dari ramai-nya outlet itu.

Beberapa perbedaan dari outlet yang lain adalah dari segi harga, layanan, kebersihan, dan yang tak kalah pentingnya adalah kualitas produk yang dijual.

Apakah pemilik outlet tersebut sebelum membuka usaha sudah mempelajari konsep Blue Ocean Strategy yang di perkenalkan oleh W. Chan Kim dan Renee Mauborgne dalam bukunya dengan judul yang sama, yaitu Blue Ocean Strategy.? Bisa jadi sudah, atau belum.

Blue Ocean Strategy merupakan sebuah strategi untuk melepaskan kita dari sebuah kondisi yang disebut Red Ocean (Lautan Merah). Kondisi Red Ocean adalah sebuah kondisi dimana terjadi persaingan yang sangat ketat untuk mendapatkan pasar yang sama dengan kompetitor.  Yang membuat Red Ocean ini menjadi  kompetisi sengit adalah karena yang terjadi pada pasar tersebut, permintaan lebih sedikit dari pada penawaran. Akibatnya persaingan dengan kompetitor menjadi sangat ketat dan bisa saja antar pesaing saling menghancurkan.

Pada Blue Ocean kondisinya berbanding terbalik dengan Red Ocean. Disini persaingan nyaris tidak ada, karena diawali dengan berani tampil beda tadi.  Karena sudah tergolong beda dengan kompetitor sebelumnya, sehingga pasar yang tertarik dengan produk kita tergolong khusus juga. Inilah yang menyebabkan permintaan menjadi lebih tinggi.

Pelajaran yang bisa diambil dari outlet itu adalah bagaimana pun kondisinya, sebagai pengusaha harus berusaha memanfaatkan ceruk-ceruk peluang yang ada untuk menumbuhkan usaha kita. be creative!

Bagaimana pendapat Anda?


***

Jumat, 10 Oktober 2014

Cara Mengundang Orang

Cara Mengundang Orang



Kenapa saat weekend orang Jakarta suka ke Puncak dan Bandung
Kenapa saat weekend orang Surabaya suka ke Malang, Batu, Tretes, Trawas?
Kenapa saat weekend orang Semarang suka ke Bandungan?

Dan seterusnya....

Saya tidak akan membahas kenapa mereka suka ke tempat-tempat itu, bisa jadi karena udara yang sejuk, banyak tempat berbelanja, banyak tempat nongkrong&kongkow-kongkow dsb....

Saya akan melihat dari sisi bisnis-nya, kenapa? Ya agar bisa memanfaatkan kondisi itu untuk meraup uang, hehehe... iya kan? Sekali-kali kita boleh sekedar jalan-jalan seperti mereka, tapi kan akan lebih bermanfaat jika dalam jalan-jalan itu bisa gratis dan memperoleh uang.

Ada sebuah kalimat “ di setiap kerumunan manusia, di situ selalu ada uang ”
Benarkah? Buktikan saja!

Bila kita amati di tempat-tempat tujuan weekend itu tumbuh berbagai bisnis yang secara umum berkembang dengan pesat. Ada bisnis kuliner, penginapan, rental mobil, dan lain-lain. Wong bisnis makanan seperti ketan saja bisa berkembang dengan pesat.

Coba ketika Anda berkunjung ke Batu, Malang dan beli ketan khas sana, berapa waktu untuk antri? Atau ketika Anda ingin membeli oleh-oleh khas Bandung, Malang, atau Sidoarjo seperti olahan hasil laut; Teri Nasi Goreng hampir semuanya laku keras dan semakin berkembang.

Apakah ditempat lain tidak ada? Kalau oleh-oleh sejenis mungkin ada, tapi ada hal-hal yang tidak bisa ada di tempat lain, seperti udara yang sejuk, panorama yang indah. Itu yang membedakan, dan itulah hal-hal yang mengundang orang untuk datang!

Oleh karena itu, carilah hal-hal yang menjadi penyebab orang datang? Semakin banyak orang yang datang, maka semakin besar dan banyak peluang bisnis yang bisa digarap.

Bagaimana pendapat Anda?

Thanks

Artikel menarik lain yang bisa Anda baca :
Karena Hidup Menarik atau yang ini : Bila Anda Sudah Bosan dengan Kemiskinan