Batu Akik |
Update terbaru artikel-artikel
menarik, renyah, dan inspiring tentang manajemen keuangan, akuntansi, karir
bidang keuangan, dan personal finance pindah ke www.manajemenkeuangan.net
Sabtu dan minggu di awal Maret, saya mendengarkan cerita
tentang akik dari tukang yang sedang memperbaiki rumah, dia bercerita bahwa
batu akik di Indonesia adalah yang terbaik di dunia :)
Bumbu cerita mistik pun meluncur deras dari lisannya. Salah
satunya adalah batu akik yang dilemparkan ke sungai, air sungai berubah warna
menjadi merah! Masih menurutnya, ada batu akik yang di dalamnya ada taman hijau
yang rumputnya hidup!
Terlepas benar atau tidaknya cerita itu, fakta menunjukan
bahwa aura batu akik kini telah hilang, tidur sementara, atau selamanya hanya
Tuhan yang tahu. Harga batu akik turun drastis bahkan cenderung tidak laku.
Bercerita ‘kemonceran’ batu akik beberapa waktu lalu, bahkan pernah menjadi selebriti di Google sangat
menarik mencermati dua artikel dari Cak
Iman Supriyono dan Kang Yodhia Antariksa yang membahas tentang batu akik yang
pernah ‘moncer’ beberapa waktu yang lalu, pendapat keduanya hampir mirip bahwa bisnis
batu akik adalah bisnis yang belum mapan.
Cak Iman Supriyono menyebutkan
bahwa karakter bisnis adalah non branded dengan pasar belum mapan. Harga dan
tata niaga sangat bervariasi. Mirip saham berkapitalisasi pasar rendah. Masih
menurutnya, harga mudah dipermainkan dan resiko tinggi.
Padahal untuk membangun merk yang baik adalah tentang
komunikasi dari hati ke hati, tentang berbagi spirit, nilai-nilai luhur,
otentisitas, keyakinan dan rasa saling percaya dengan pelanggan.
Lalu bagaimana menurut Kang Yodhia Antariksa yang seorang
konsultan manajemen, kehebohan batu akik ketika itu menurutnya sebagai fenomena
“kegoblokan kolektif”!
Para ahli ilmu financial psychology atau financial behavior
menyebut fenomena financial mania itu dengan istilah “irrational
exuberance”.
Irrational exuberance adalah saat ribuan atau bahkan jutaan
orang berbondong-bondong membeli sesuatu karena dorongan emosi kolektif. Yang
acap tidak rasional. Emosi dan eforia masal membuat kita semua mudah terjebak
dalam “irrational exuberance”. Ramai-ramai menjadi goblok. Kegoblokan
kolektif.
Pelan-pelan, eforia masal itu biasanya menjadi bubble yang
kemudian pecah. Gelombang kegilaan kolektif itu mendadak meletus, dan seketika
semua harga berjatuhan.
Pertanyaan berikutnya adalah apakah fenomena batu akik itu
hanya redup sementara atau layu dan mati untuk selama-lamanya....
Kita tunggu saja perkembangannya.
***
0 komentar:
Posting Komentar