Selasa, 03 Juni 2014

Pelajaran bersentuhan dengan birokrasi

Pelajaran bersentuhan dengan birokrasi



Tiga April 2014 :
Di meja penerima tamu sebuah kantor dinas pemerintahan yang katanya mengurusi pengusaha kecil dan kawan-kawannya seorang anak muda dengan penuh percaya diri menyapa dan menanyakan sesuatu tentang UMKM.
“ Selamat pagi “ sapanya.
“ Pagi, ada yang bisa kami bantu “ balas petugas resepsionis.
Kemudian terjadilah perbincangan yang hangat, dan sejurus kemudian anak muda itu keluar dari kantor pemerintahan itu.

Esok harinya...
Anak muda itu datang kembali ke kantor pemerintahan itu, sambil membawa map biru. Map yang berisi  surat permohonan rekomendasi beserta lampirannya. Selanjutnya map itu diserahkan ke petugas resepsionis.
Setelah memeriksa dan membaca isi map, petugas resepsionis dengan wajah yang bersahabat memberikan nomor telpon dan contact person. “ Nanti Bapak hubungi orang ini ya” sepatah kalimat meluncur dari petugas.

Jum’at, 4 April 2014 jam 13.00-an :
Sang calon pengusaha besar itu menghubungi nomor telpon yang direkomendasikan. “ Pak X, belum ada di kantor Pak” terdengar jawaban dari seberang telpon.

Senin,  7 April 2014 :
Dengan perasaan penuh harap dan semangat 45, sang calon pengusaha besar itu untuk kedua kali-nya menghubungi kantor pemerintahan itu, dan “yeah”, orang yang dituju ada, serta ingin bertemu.

Selasa, 8 April 2014 :
Sang calon pengusaha besar dengan Yamaha Vega butut-nya, melaju ke sebuah kantor pemerintahan di seputaran akses jalan raya menuju bandara internasional. “ Seettt!”  sesaat pedal rem diinjak.  Helm dan jaket dilepaskan. Sejenak dirapikan rambut dan pakaiannya.
“Pagi” sapanya kepada petugas resepsionis. Setelah mengisi buku tamu dan mendapatkan keplek , dia bergegas ke kepala seksi UMKM. Perbincangan berjalan dengan penuh kehangatan, semua pertanyaan dari kepala seksi dijawab dengan panjang lebar. Berkali-kali kepala seksi menganggukan kepala, tanda kelaziman akan sebuah kepahaman.
“Begini Mas, dinas ini hanya membantu UMKM yang mempunyai produksi sendiri, sedangkan sampeyan kan ‘hanya’ makelar”

“ Makelar!” kata yang di dunia tertentu dipandang sebelah mata, tapi biarkan saja. Toh hampir semua perusahaan besar yang ada di dunia ini memisahkan produksi dengan marketing. Mereka memasarkan produknya dengan menggunakan perusahaan distribusi, yang kata si  kasi itu “makelar”
Oleh karena-nya UMKM ya tetap UMKM, tidak maju-maju, karena mereka memang hanya membina UMKM yang  memproduksi sendiri, padahal sebagus apapun sebuah produk tanpa didukung dengan sistem pemasaran yang baik maka produk itu tidak ada artinya.

Kami tidak tahu alasan dinas itu hanya mau mengurusi UMKM yang memproduksi sendiri.  Bila si kepala seksi di sebuah dinas pemerintahan itu mengatakan bahwa sang calon pengusaha besar ‘hanya dikatakan sebagai makelar’, sungguh sangat picik pandangan seperti itu, walaupun dia berpendidikan tinggi.

Perusahaan-perusahaan raksasa yang ada saat ini memisahkan antara produksi dan pemasaran. Pada umumnya mereka mempunyai perusahaan distribusi sendiri atau yang dikatan oleh si kepada dinas itu sebagai ‘makelar!’   
 Dan.... biarlah mereka hanya mengurusi UMKM yang memproduksi sendiri..
“Lalu perhatikan apa yang akan terjadi” kata Pak Mario Teguh di MTGW.
Tidakkah kita mengambil pelajaran dari peristiwa sejarah, sejak Indonesia merdeka, mana ada usaha yang dibina oleh dinas pemerintahan itu, yang berkembang menjadi perusahaan besar yang berpengaruh di negeri ini?

Akhir dari cerita itu, setelah menunggu satu bulan lebih, tepatnya tanggal 07 Mei 2014, sang calon pengusaha besar itu tidak mendapatkan apa yang diminta-nya. Si kepala seksi itu menyarankan untuk berkonsultasi di bagian yang mengurusi konsultasi&pelatihan UMKM.

Apa yang diperoleh? Sedikit pencerahan tentang sertifikasi sebuah produk, dan bila diikuti apa yang mereka katakan, niscaya tidak jadi berbisnis. Sudut pandang mereka dari segi teori memang benar, tapi dari kenyataan di lapangan tidak sepenuhnya benar, bahkan jauuuuuhhhhhh. Dan berkali-kali sang calon pengusaha itu mengatakan bahwa itu semua akan dilakukan seiring dengan proses bisnis-nya, “ saya memiliki pengalaman sepuluh tahun lebih di perusahaan food and beverage kelas dunia” demikian sang calon pengusaha besar itu menutup perbincangan.

***

Apa yang bisa diambil dari cerita di atas? Sebagai calon pengusaha, jangan mudah menyerah menghadapi berbagai tantangan yang ada. Bila satu pintu tertutup, cari alternatif lain! Jangan terlalu mendengarkan perkataan orang lain, sekalipun orang itu katanya ‘pakar’. Berdoa’a pada pemilik semuanya lalu terus berusaha!

Suatu waktu kita boleh sedih, tapi segeralah bangkit!

Cool aja man, keep smile dan nikmati  setiap prosesnya, kelak semua itu akan menjadi cerita indah di saat yang lain. Dan ketika waktu itu tiba, jangan membalas dendam terhadap keburukan yang pernah kita terima.

Atau coba cara kreatif seperti dalam artikel ini : Be Creative! atau yang ini : Ingin Memperbaiki, Masuklah!.

***

0 komentar:

Posting Komentar