Bagaimana mengelola organisasi non profit
Update terbaru artikel-artikel menarik, renyah, dan inspiring tentang manajemen keuangan, akuntansi, karir bidang keuangan, dan personal finance pindah ke www.manajemenkeuangan.net
|
“ Alhamdulillah RZ bisa
mempertahankan opini audit keuangan Wajar
Tanpa Pengecualian “
Begitu tulisan yang terpampang pada spanduk di lokasi
strategis.
Pentingkah opini audit keuangan bagi organisasi non profit?
Berikut uraiannya....
Penulis pernah bekerja sebagai manajer keuangan di sebuah
lembaga kemanusiaan nasional yang baru didirikan. Semua pengelolaan organisasi
mulai dari nol. Dan itu menjadi tantangan yang menarik bagi saya.
Dana untuk mengelola aktivitas organisasi sering berasal dari
patungan pengurus dan beberapa karyawan. Hal seperti itu menurut saya wajar,
karena pemasukan dana masih terbatas, sedangkan operasional organisasi harus
terus berjalan.
Sesuai dengan amanah yang kami emban, maka kami segera menyusun
pondasi perangkat keuangan mulai dari
membuat form-form sampai mempersiapkan laporan keuangan dan SPT Pajak.
Layaknya perjalanan suatu organisasi, entah itu organisasi
profit seperti perusahaan yang menjual kalapan atau ikan kalapan, dan organisasi non profit seperti lembaga yang mengelola dana masyarakat,
keduanya menghadapi masalah yang sama; penuh dengan dinamika, intrik, dan
persaingan.
Persaingan dengan organisasi lain sejenis pun tak bisa
terhindarkan. Persaingan dalam hal memperebutkan pasar, pengaruh, dan brand.
Maka diperlukan strategi!
Secara akuntansi, keduanya juga sama. Sama-sama memperoleh
pendapatan, menanggung beban finansial, dan dituntut laba.
Yang membedakan adalah pada penggunaan laba. Laba organisasi
profit boleh diambil oleh pemiliknya, sedangkan organisasi non profit tidak ada
pemiliknya sehingga labanya tidak boleh diambil oleh siapapun. Laba akan
menjadi capital expenditure.
Harvard |
Organisasi non profit adalah social enterprise. Ada sebuah contoh organisasi non profit yang dikelola secara sungguh-sungguh dan benar, yaitu Harvard University. Pada laporan keuangan 2014 yang diaudit oleh Price Waterhouse Cooper, mencatat pendapatan Rp 61 T. Uang kuliah dari mahasiswa menyumbang Rp 12 T (20%), sponsor Rp 11 T (19%), dan investasi Rp 24 T (38%).
Oleh karena itu, adalah sangat penting bagi organisasi non
profit menyusun laporan keuangan yang teraudit dan bisa diakses publik, karena itu merupakan pondasi dari good
corporate governance.
Selain itu, organisasi sosial non profitpun butuh core
competence, kekuatan yang membuatnya percaya diri, ahli, fokus dan tumbuh
dengan kecepatan tinggi.
Bagaimana dengan organisasi
non profit di negeri ini, berapa banyak yang telah menyusun laporan keuangan yang sudah teraudit?
***
0 komentar:
Posting Komentar