Peluang |
Update terbaru artikel-artikel menarik, renyah, dan inspiring tentang manajemen keuangan, akuntansi, karir bidang keuangan, dan personal finance pindah ke Manajemen Keuangan
Di beberapa pelatihan manajemen, motivasi,
dan sejenisnya sering dicontohkan tentang sebuah gelas, timba, atau drum kosong
J Wadah-wadah itu diisi dengan batu kerikil, kemudian
pelatih bertanya ke peserta
“ apakah wadah itu penuh ? ”
“penuh!” jawab peserta.
Pelatih segera menuangkan pasir sedemikian rupa untuk mengisi
ruang kosong di sela-sela kerikil di wadah tersebut, lalu sang pelatih
melemparkan sebuah pertanyaan
“Apakah wadah ini penuh?”
“Penuh!” sahut
peserta.
Selanjutnya air dituangkan ke wadah itu, pelatih pun bertanya
lagi
“ Penuh? ”
Peserta pun diam.....
Contoh seperti diatas sebetulnya sebuah perumpamaan tentang
sesuatu yang tampak penuh, yang sebenarnya belum penuh. Di wadah itu masih ada
ruang kosong (idle capacity) tersembunyi di balik wadah yang nampak penuh.
Adakah kasus seperti itu di dunia nyata? Coba kita cermati
beberapa kasus di bawah ini.
Di industri logistik dan pengiriman barang, pasar dikuasai
oleh para pemain besar dengan merk kuat yang
seolah nyaris menghabiskan seluruh pangsa pasar.
Seperti Deutsche Post, yang pada tahun 1998 mengakuisisi DHL, dan di tahun 2014
meraih omset Rp. 1.013T laba Rp. 36T serta hadir hampir di semua negara.
Namun di balik merk-merk besar penguasa pasar itu, muncul
perusahaan-perusahaan baru bidang logistik dan pengiriman. Awalnya mereka
menggarap ceruk pasar yang belum digarap pemain besar.
Dan seiring dengan
pertumbuhan dan kondisi perekonomian yang tumbuh, mereka pun tumbuh dan nampak
ke permukaan.
Di bidang itu masih ada ruang kosong yang belum digarap
pemain besar!
Di industri kuliner, kita mengenal merk-merk besar penyedia
makanan cepat saji seperti McD, yang ada tahun 2014 meraih omset Rp. 370T dan laba
Rp. 64T. Kemudian ada KFC, Burger King, Hoka-Hoka Bento, Pizza Hut.
Selain mereka, kita
juga mengenal pemain-pemain kecil yang banyak bertebaran di seantero negeri
ini. Mereka menggarap ruang kosong yang belum disentuh oleh pemain besar. Satu
lagi, masih ada ruang kosong di industri makanan!
Di industri penyedia aplikasi ERP (Enterprise Resource
Planning), kita mengenal SAP, Oracle, Microsoft. Tapi ada banyak penyedia ERP
kelas perorangan sampai software house yang sukses menggarap skala kecil.
Bidang ini pun masih menyisakan ruang kosong!
Di industri penerbangan, kita mengenal Soutwest Airlines.
Maskapai beromset Rp 260T dan laba Rp 15T ini sukses menemukan ruang kosong
dari wadah yang nampak penuh. LCC pertama di dunia ini kemudian membangun
sinergi dengan berbagai pihak untuk mengisi ruang kosong itu!
Di industri snack berbahan dasar hasil laut kita mengenal
nama-nama besar yang menguasai pasar seperti KML dan Sekar Laut. Namun banyak home industri yang tetap eksis,
seperti Ina Snack dengan produk andalannya
seperti kripik ikan kalapan J
Contoh satu lagi di industri konsultasi, kita mengenal the big five. Namun ada banyak firma
yang melayani ceruk pasar yang belum digarap oleh the big five. Di industri konsultasi pun masih ada ruang kosong!
Jadi ruang kosong masih ada di setiap bidang! So tidak usah
bertanya “mau bisnis apa ya?” Temukan
ruang kosong itu dan cobalah bersinergi untuk mengisinya. Terus berusaha dan berdo'a hingga sukses atau mulia menghadap kepada-Nya yang Maha Kaya, Pengasih Penyayang.
Bagaimana menurut Anda?
***