Kamis, 05 Mei 2016

Artikel menarik, renyah dan mencerahkan tentang akuntansi dan keuangan

blog manajemenkeuangan.net


Terima kasih untuk pembaca setia di blog ini,
untuk memberikan layanan yang lebih luas, berkualitas dan jos markojos,

kami membuka rumah baru, bukan rumah minimalis sederhana, tapi rumah sederhana yang di-isi dengan konten menarik dan bermanfaat tentang :

1. Manajemen keuangan
2. Akuntansi
3. Download gratis ebook bagus tentang soft skill, form dan template keuangan yang langsung bisa digunakan sesuai kebutuhan Anda.
4. Informasi tentang pembelajaran komputer akuntansi dan seluk beluk software/aplikasi akuntansi.

Semua materi tersebut disampaikan secara renyah, nyante, namun mengenai dan masuk ke dalam pikiran dan sanubari tanpa diduga.

Ada artikel terbaru tentang cara menghitung zakat properti dan cara menghitung zakat profesi,
ikuti cara-cara sederhananya, gampang dipelajari dan dipraktekkan.

Buruan menjelang Ramadhan, agar bisa membersihkan harta-hartamu dan tenang menjalankan ibadah Ramadhan,

Bila ingin mengintip laporan keuanga sebuah klub sepak bola serta dibandingkan dengan klub persebaya dengan bonekmanianya ada di artikel laporan keuangan klub sepak bola

Atau bila ingin memiliki motor sport ala BMW K1300S, ada juga caranya di artikel inilah cara memiliki motor sport.

Pokoknya gak ada ruginya mengikuti artikel-artikel cantik di blog manajemen keuangan :)

manajemen keuangan blog

Anda yang ingin mendalami dan mahir masalah manajemen keuangan, akuntansi dan mahir membuat Standar operasional prosedur - SOP Akuntansi Keuangan segera saja berlangganan artikel blog Manajemen Keuangan.

Selalu ada yang baru setiap minggunya, bahkan sebelum seminggu artikel baru sudah nongol. artikel yang benar-benar menggugah jiwa, mencerdaskan otak, dan bermanfaat untuk perbaikan hasil kerja dan karir anda.

Tidak hanya artikel-artikel bermanfaat, kami juga membuat template dan tool-tool akuntansi simple dan ringan, seperti aplikasi Excel untuk menghitung stock barang dagangan, aplikasi excel untuk menghitung PPh 21, menghitung penyusutan dan masih banyak lagi.

Kami peduli pada Anda...

Maka terlalu sayang bila dilewatkan begitu saja....

Minggu, 13 Maret 2016

Hibernate atau Mati !

hibernate-atau-mati
Batu Akik




Update terbaru artikel-artikel menarik, renyah, dan inspiring tentang manajemen keuangan, akuntansi, karir bidang keuangan, dan personal finance pindah ke  www.manajemenkeuangan.net


Sabtu dan minggu di awal Maret, saya mendengarkan cerita tentang akik dari tukang yang sedang memperbaiki rumah, dia bercerita bahwa batu akik di Indonesia adalah yang terbaik di dunia :)

Bumbu cerita mistik pun meluncur deras dari lisannya. Salah satunya adalah batu akik yang dilemparkan ke sungai, air sungai berubah warna menjadi merah! Masih menurutnya, ada batu akik yang di dalamnya ada taman hijau yang rumputnya hidup!

Terlepas benar atau tidaknya cerita itu, fakta menunjukan bahwa aura batu akik kini telah hilang, tidur sementara, atau selamanya hanya Tuhan yang tahu. Harga batu akik turun drastis bahkan cenderung tidak laku.

Bercerita ‘kemonceran’ batu akik beberapa waktu lalu, bahkan pernah menjadi selebriti di Google sangat menarik  mencermati dua artikel dari Cak Iman Supriyono dan Kang Yodhia Antariksa yang membahas tentang batu akik yang pernah ‘moncer’ beberapa waktu yang lalu, pendapat keduanya hampir mirip bahwa bisnis batu akik adalah bisnis yang belum mapan.

Cak Iman Supriyono  menyebutkan bahwa karakter bisnis adalah non branded dengan pasar belum mapan. Harga dan tata niaga sangat bervariasi. Mirip saham berkapitalisasi pasar rendah. Masih menurutnya, harga mudah dipermainkan dan resiko tinggi.

Padahal untuk membangun merk yang baik adalah tentang komunikasi dari hati ke hati, tentang berbagi spirit, nilai-nilai luhur, otentisitas, keyakinan dan rasa saling percaya dengan pelanggan.

Lalu bagaimana menurut Kang Yodhia Antariksa yang seorang konsultan manajemen, kehebohan batu akik ketika itu menurutnya sebagai fenomena “kegoblokan kolektif”!     

Para ahli ilmu financial psychology atau financial behavior menyebut fenomena financial mania itu dengan istilah “irrational exuberance”.

Irrational exuberance adalah saat ribuan atau bahkan jutaan orang berbondong-bondong membeli sesuatu karena dorongan emosi kolektif. Yang acap tidak rasional. Emosi dan eforia masal membuat kita semua mudah terjebak dalam “irrational exuberance”. Ramai-ramai menjadi goblok. Kegoblokan kolektif.

Pelan-pelan, eforia masal itu biasanya menjadi bubble yang kemudian pecah. Gelombang kegilaan kolektif itu mendadak meletus, dan seketika semua harga berjatuhan.

Pertanyaan berikutnya adalah apakah fenomena batu akik itu hanya redup sementara atau layu dan mati untuk selama-lamanya....

Kita tunggu saja perkembangannya.

***

Rabu, 02 Maret 2016

Cara Meningkatkan Pertumbuhan, Fokus pada Core Competence!

Cara Meningkatkan Pertumbuhan, Fokus pada Core Competence
Growth : fokus pada core competence adalah salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan.


Update terbaru artikel-artikel menarik, renyah, dan inspiring tentang manajemen keuangan, akuntansi, karir bidang keuangan, dan personal finance pindah ke  www.manajemenkeuangan.net

Penulis pernah bekerja di sebuah perusahaan yang pernah mendapat “berkah” atau “rejeki nomplok”. Omset dan laba perusahaan meningkat pesat. Dan pencapaian itu adalah pertama kali sejak perusahaan itu didirikan.

Dengan omset dan laba besar itu, perusahaan menambah aset kendaraan dan melakukan investasi ke beberapa bidang yang bukan core competence-nya.

Namun cerita di belahan dunia lain berbeda. Kondisi perekonomian global berubah. Terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi China. Permintaan batubara menurun. Harga minyak dunia turun.
Beberapa perusahaan yang bergerak di industri tambang pun berguguran. Rentetan kejadian itu secara langsung maupun tidak langsung menyeret perusahaan yang ada kaitanya dengan industri pertambangan.

Mereka yang bermodal cekak berjatuhan. Demikian juga di perusahaan tempat saya bekerja, pun mengalami kondisi sulit. Hal itu sebagai akibat dari kesulitan keuangan yang dialami Bumi Resources yang merupakan partner bisnis utamanya.

Harga saham BUMI pernah menyentuh angka Rp. 103. Padahal di tahun 2009 – 2010, saham-saham Grup Bakrie begitu mendominasi volume perdagangan saham di BEI. Tahun 2009  BUMI merupakan salah satu saham paling populer ketika itu, dimana data registrasi di bulan tertentu di tahun 2009 menunjukkan bahwa BUMI dipegang oleh lebih dari 50,000 investor, baik individu maupun institusi, baik asing maupun lokal. Mengingat jumlah investor saham ketika itu tidak sampai 300,000 orang di seluruh Indonesia, maka kita bisa mengatakan bahwa, dari setiap 5 atau 6 pemain saham di bursa, minimal ada satu orang yang pegang BUMI.

Namun sejak harga batubara mulai turun pada tahun 2012 lalu, BUMI sudah kesulitan dalam membayar cicilan utangnya, hingga pada Juli 2013 lalu BUMI terpaksa melepas sebagian sahamnya di PT Kaltim Prima Coal (KPC), untuk membayar sebagian utangnya ke China Investment Corporation (CIC). Namun setelah dua tahun harga batubara ternyata masih saja turun, dan per 31 Agustus 2015, hutang BUMI mencapai hampir US$ 4 milyar.

Demikianlah, kesulitan keuangan di BUMI pada akhirnya juga merembet ke partner-partnernya, salah satunya adalah perusahaan tempat penulis bekerja.

Apa pelajaran yang bisa dipetik dari peristiwa itu ?

Saat kondisi sedang baik, omset besar, keuntungan besar, sumber pemasukan lancar tugas kita adalah mempersiapkan diri bila kondisinya berubah paceklik. Sebagaimana Nabi Yusuf mempersiapkan persediaan logistik untuk menghadapi masa paceklik, demikian juga saat Nucor bertahan menghadapi masa sulit tanpa pendapatan. 

Belajar dari perusahaan unggul  kelas dunia seperti Google dengan salah satu produk andalannya +Google+, mereka selalu fokus pada core competence-nya. Mereka menginvestasikan lebih besar labanya untuk bidang yang sama.
Banyak pemilik/pengelola usaha terlena dengan memperlakukan perusahaan sebagai cash cow. Laba banyak diambil sebagai deviden atau diinvestasikan di luar bidang kompetensi yang telah menjadi sumber laba.

Padahal untuk menjadi perusahaan unggul kelas dunia, laba sebuah perusahaan harus ditanamkan kembali ke perusahaan tersebut sebagai belanja modal. Bahkan untuk tumbuh lebih kencang, selain laba juga dari pinjaman.

Seorang ahli manajemen mengatakan bahwa mengelola perusahaan ibarat menanam pohon, begitu tumbuh, daunnya bisa dipetik dan menghasilkan uang. Tapi jika setiap daun tumbuh selalu dipetik, jangan berharap bisa menikmati buahnya. Petiklah daun sesedikit mungkin. Bahkan kalau bisa jangan diambil dulu. Biarkan dia tumbuh dan berbuah.


Bagaimana? 

Minggu, 14 Februari 2016

Cara Memecahkan Kebuntuan

Cara-Memecahkan-Kebuntuan
Bottleneck


Update terbaru artikel-artikel menarik, renyah, dan inspiring tentang manajemen keuangan, akuntansi, karir bidang keuangan, dan personal finance pindah ke  www.manajemenkeuangan.net



Banjir lagi, banjir lagi...

Kalimat itu meluncur dari lisan orang di kota Sidoarjo yang seminggu wilayahnya terendam banjir.

Banyak orang yang tidak siap menghadapi berbagai situasi yang cepat berubah. Musim hujan banjir, orang mengeluh susah.  Padahal pada waktu belum banjir dia lupa mempersiapkan diri menghadapi masa-masa banjir.

Kita tidak ingin seperti pepatah “ sebelum rasa sakit seseorang melebihi rasa takutnya, maka manusia belum mau berubah “, sehingga sebelum banjir itu bertambah parah, kita harus melakukan tindakan pencegahan.

Coba kita lihat bagaimana perusahaan kokoh berikut ini mampu bertahan dari suasana yang mematikan.

Nucor, sebuah Nuclear Corpotation yang menghadapi situasi paceklik, tanpa pendapatan setelah perang Korea berakhir tahun 1955.  Dengan ekuitasnya, Nucor bertahan sambil mencari bisnis baru sesuai core competence-nya. Tahun 1962 Nucor menemukan bisnis baru dengan mengakuisisi pabrik baja kecil. Kini Nucor menjadi salah satu perusahaan baja terbesar di Amerika Serikat.

Pepatah mengatakan pada setiap dinding selalu ada pintunya. Tugas manusia adalah mencari pintu keluar. Pintu keluar dari banjir rutin tahunan, pintu keluar dari kesulitan keuangan, pintu keluar dari situasi paceklik, dan pintu keluar dari persoalan-persoalan lainnya.

Alam selalu berubah. Alam yang tadinya bersahabat, tiba-tiba menjadi tidak bersahabat. Tadinya bisnis itu sudah enak, tiba-tiba cara itu sudah diambil orang lain, atau tiba-tiba banyak kesulitan. 

Tugas manusia adalah berpikir kreatif mencari jalan keluar. mencari cara kreatif untuk memecahkan kebuntuan, kebuntuan yang menyebabkan suatu wilayah banjir atau pertumbuhan perusahaan macet.

Pertumbuhan perusahaan diukur dengan 4 aspek yaitu omset, aset, laba, dan nilai perusahaan ( market cap ). Bila keempat aspek itu mengalami kebuntuan bahkan penurunan, cari dan temukan kebuntuan itu dan kemudian memperlebarnya.

Setelah diperlebar, segera temukan kebuntuan baru dan segeralah diperlebar lagi, demikian seterusnya. Lalu bagaimana dengan banjir, temukan kebuntuan, perlebar dan seterusnya.


Bagaimana?

Jumat, 12 Februari 2016

Raksasa di Ujung Senja

raksasa-di-ujung-senja


Update terbaru artikel-artikel menarik, renyah, dan inspiring tentang manajemen keuangan, akuntansi, karir bidang keuangan, dan personal finance pindah ke  www.manajemenkeuangan.net



Lazimnya sebuah proses perjalanan hidup, diawali dengan kelahiran, kemudian bertumbuh,  dewasa, menua dan akhirnya mati.
Demikian juga dengan perjalanan sebuah bisnis, dia lahir-tumbuh-dewasa-mati, berikut ini beberapa contohnya:

Anda tentu mengenal “Mentos”, sebuah merk permen yang mendunia. Sejarah Mentos diawali tahun 1900 saat Izaak Van Melle mengubah toko roti ayahnya di Breskens-Belanda menjadi pabrik permen Mentos.

Van Melle diakuisisi  dan merger dengan Perfetti – Italia tahun 1932. Saat ini Mentos tersedia di lebih dari 150 negara dengan omset Rp 37 T.

Berikutnya, Teva Pharmaceutical Industries Ltd, dimulai dari grosir obat impor pada tahun 1901 di Al Quds ( Jerusalem ) oleh C. Salomon , M.Levin & Y. Elstein. Pada tahun 1930 mereka membangun pabrik obat pertama di Al Quds.

Kini Teva Pharmaceutical Industries Ltd menjadi perusahaan obat generik nomor satu dunia dengan omset Rp 270T, dan hadir di hampir semua negara di dunia.  

Lakshmi Mittal, tahun 1976 merintis bisnis baja dari Sepanjang, Sidoarjo, Jawa Timur. Melalui penguasaan pada setiap detail bisnis, Lakshmi Mittal berkembang menjadi raja baja nomor satu dunia dengan bendera ArchellorMittal.

Narasi perjalanan sukses berikutnya adalah kisah sang raksasa Google. Google didirikan oleh Larry Page dan Sergey Brin saat masih mahasiswa Ph.D. di Universitas Stanford. Mereka berdua memegang 16 persen saham perusahaan. Mereka menjadikan Google sebagai perusahaan swasta pada tanggal 4 September 1998. Pernyataan misinya adalah "mengumpulkan informasi dunia dan membuatnya dapat diakses dan bermanfaat oleh semua orang", dan slogan tidak resminya adalah "Don't be evil". Pada tahun 2006, kantor pusat Google pindah ke Mountain View, California. ( sumber : wikipedia ) 

Dan berikut cerita sukses dari negeri sendiri, Mitra 10. Mitra 10 adalah salah brand yang dibangun dari bisnis distribusi. Di mulai tahun 1966, berdiri toko cat sederhana dengan label nama “ Sentosa”.  Toko ini adalah cikal bakal dari Mitra 10.

Pada tahun 1983 berkembang menjadi perusahaan distribusi material bangunan. Kemudian disusul distributor bahan kimia. Tahun 1997 berdiri Mitra 10 sebagai toko ritel bahan bangunan modern.

Tahun 2014 Mitra 10 beromset Rp. 7,143 T, laba kotor Rp. 931 M, Laba bersih Rp. 115 M, Aset Rp. 3,308 T, dan ekuitas Rp. Rp. 818 M.


***



raksasa-di-ujung-senja



Narasi akhir perjalanan atau yang sedang menuju akhir dari sebuah bisnis juga bertebaran di berbagai belahan bumi, berikut contohnya :

Mandala Airlines berdiri tahun 1969 sebagai unit penerbangan militer. Pada tahun 2006 Cardig International mengakuisisi Mandala. Tahun 2011 sempat berhenti sejenak karena masalah keuangan. Dan tahun 2014 pailit!.

Berikutnya adalah cerita sang raksasa elektronik dunia dari negeri Samurai ; Sony, Panasonic, dan Toshiba.

Sony didirikan pada 7 Mei 1946 dengan nama Perusahaan Telekomunikasi Tokyo dengan sekitar 20 karyawan. pada 1958 perusahaan mulai secara formal mengadopsi nama "Sony Corporation" sebagai nama perusahaan (wikipedia).

Panasonic Corporation adalah sebuah produsen elektronik Jepang yang berbasis di Kadoma, Prefektur Osaka, Jepang. Perusahaan ini didirikan oleh Konosuke Matsushita pada 1918, dengan produk pertamanya adalah soket lampu dupleks. Pada 1927, perusahaan ini memproduksi lampu sepeda, produk pertama mereka yang dipasarkan dengan merek National. Sejak itu, Matsushita telah menjadi produsen elektronik terbesar di Jepang dan berkompetisi dengan Sony, Thomson, dan Philips. Sebagai produsen semikonduktor, Matsushita merupakan salah satu dari 20 pemimpin penjualan semikonduktor terbesar dunia (sumber : wikipedia).

Toshiba dibentuk pada tahun 1939, merupakan hasil merger dari dua perusahaan. Tokyo Denki adalah perusahaan yang bergerak di bidang consumer goods dan perusahaan mesin Shibaura Seisakusho.

Bagaikan raksasa di ujung senja, industri elektronika Jepang yang begitu digdaya di tahun 80-an dan 90-an, pelan-pelan memasuki lorong kegelapan. Kerugian terus mendera. Awal 2016 mereka menutup pabriknya di Indonesia serta mem-PHK ribuan karyawannya.

Produk-produk dari Korea dan China terus menggerus pasar produk Jepang, sebaliknya raksasa-raksasa elektronik dari negeri Samurai seakan-akan gagap menghadapinya. Akibatnya bisa ditebak, pelan-pelan mereka mengalami kemunduran dan kerugian.  

Dari narasi sukses, narasi perjalanan di ujung senda, dan narasi akhir dari beberapa perusahaan di atas, pelajarannya adalah persaingan akan terus ada di muka bumi ini. Hanya mereka yang kuat yang bisa bertahan.

Kelahiran dan kematian adalah hal lumrah di dunia ini. Satu kematian, akan digantikan oleh lainnya. Sebidang ruang kosong akan ditempati oleh yang lain.

Satu perusahaan mati, akan digantikan oleh perusahaan lain. Terus silih berganti, sampai akhir kehidupan. Yang bisa diupayakan adalah ‘memperlama’ waktu kejayaan itu.

Dan samurai-samurai dari negeri Jepang itu, bisa jadi tidak mampu memperpanjang masa kejayaannya atau memang sudah ‘waktunya’ kembali ke pemilik segalanya.

Lalu bagaimana dengan Ina Snack? kita tunggu saja perjalanannya :)


***



Sabtu, 30 Januari 2016

3 Cara Menikmati Omset Excelent tanpa Menemukan dan Memiliki

3 Cara Menikmati Omset Excelent tanpa Menemukan dan Memiliki
cherry-blossom

Update terbaru artikel-artikel menarik, renyah, dan inspiring tentang manajemen keuangan, akuntansi, karir bidang keuangan, dan personal finance pindah ke  www.manajemenkeuangan.net

Mendoan adalah khas Banyumas, tapi yang menikmati omset besar dari penjualan mendoan adalah pengusaha  Jakarta.

Kalapan dan Ikan Kalapan adalah khas Tuban, tapi yang menikmati omset besar dari penjualan produk itu adalah pengusaha dari Surabaya dan Jakarta.

Garam adalah khas produk dari pulau Madura, tapi penguasa pasar garam adalah pengusaha dari Surabaya dan Jakarta.

Itu contoh-contoh skala nasional, bagaimana dengan skala global, berikut contohnya:

Pizza adalah khas Italia, tapi yang menikmati omset maknyus dari produk tersebut adalah  perusahaan dari Amerika Serikat.

Gunung emas Grasberg milik Indonesia, tapi yang menikmati omset ratusan triliun rupiah adalah perusahaan dari Amerika Serikat.

Burger adalah khas Jerman, tapi penguasa pasar burger dunia adalah McDonalds, Amerika Serikat.

Bagaimana dengan wayang, gamelan, batik, dan reog Ponorogo? Akankah bernasib seperti contoh-contoh di atas. Kita ikuti saja perkembangan ke depan....

Pertanyaan berikutnya adalah kenapa pengusaha dan perusahaan-perusahaan di atas bisa meraup keuntungan yang spektakuler dari bisnis itu?

Apakah perusahaannya yang hebat ataukah produknya yang hebat?
Bagaimana cara mereka meraih pencapaian itu?

Bisa jadi produk dan perusahaannya memang bagus. Atau salah satunya yang bagus. Apapun itu agar bisa menikmati sesuatu tanpa menemukan atau memilikinya adalah melalui manajemen, strategi, dan belanja modal.



3 Cara Menikmati Omset Excelent tanpa Menemukan dan Memiliki
Tripod Camera


Ada tiga bidang yang umum dalam manajemen, yaitu : marketing, operasional, dan keuangan. Ketiga bidang tersebut harus kuat dalam sebuah perusahaan. Apabila lemah di salah satu bidang, maka akan lemah pula perusahaan itu.

Kokoh tidaknya perusahaan ditentukan oleh kokoh tidaknya tiga bidang itu. Jatuhnya perusahaan juga terjadi karena lemah atau tidak berfungsinya salah satu bidang manajemen itu.

Kita pernah mengenal Kanzen, sebuah merk motor yang pernah didirikan oleh mantan petinggi Astra. Nasibnya tidak sebaik merk-merk motor dari negeri Sakura, Kanzen jatuh  karena lemah di salah satu bidang yaitu marketing. Walaupun operasional dan keuangan kuat.

Garuda Indonesia, sempat limbung dan nyaris jatuh karena bidang finansialnya lemah. Walaupun market dan operasionalnya masih excelent.


3 Cara Menikmati Omset Excelent tanpa Menemukan dan Memiliki
strategy

Sedangkan tentang strategi, ada 3 (tiga) strategi generik persaingan menurut Porter : differensiasi, cost leadership dan fokus

Sederhananya, diferensiasi adalah menjual produk yang sangat bagus sampai pembeli tidak memperhitungkan harganya. Cost Leadership adalah menjual dengan harga murah sampai pembeli kurang memperhitungkan kualitas produknya, sedangkan fokus adalah menjual produk spesifik dengan segmen pasar yang spesifik.   
3 Cara Menikmati Omset Excelent tanpa Menemukan dan Memiliki
quality


Bagaimana dengan belanja modal? Dengan belanja modal yang tepat akan menghasilkan quality. Belanja modal untuk revenue driver.

Bagaimana dengan Anda?



***

Selasa, 26 Januari 2016

Cara Jitu Mengelola Organisasi non Profit


Cara Jitu Mengelola Organisasi non Profit
Bagaimana mengelola organisasi non profit

Update terbaru artikel-artikel menarik, renyah, dan inspiring tentang manajemen keuangan, akuntansi, karir bidang keuangan, dan personal finance pindah ke  www.manajemenkeuangan.net



“ Alhamdulillah RZ bisa mempertahankan opini audit keuangan Wajar Tanpa Pengecualian

Begitu tulisan yang terpampang pada spanduk di lokasi strategis.
Pentingkah opini audit keuangan bagi organisasi non profit?
Berikut uraiannya....

Penulis pernah bekerja sebagai manajer keuangan di sebuah lembaga kemanusiaan nasional yang baru didirikan. Semua pengelolaan organisasi mulai dari nol. Dan itu menjadi tantangan yang menarik bagi saya.

Dana untuk mengelola aktivitas organisasi sering berasal dari patungan pengurus dan beberapa karyawan. Hal seperti itu menurut saya wajar, karena pemasukan dana masih terbatas, sedangkan operasional organisasi harus terus berjalan.

Sesuai dengan amanah yang kami emban, maka kami segera menyusun pondasi  perangkat keuangan mulai dari membuat form-form sampai mempersiapkan laporan keuangan dan SPT Pajak.

Layaknya perjalanan suatu organisasi, entah itu organisasi profit seperti perusahaan yang menjual kalapan atau ikan kalapan, dan organisasi non profit seperti lembaga yang mengelola dana masyarakat, keduanya menghadapi masalah yang sama; penuh dengan dinamika, intrik, dan persaingan.

Persaingan dengan organisasi lain sejenis pun tak bisa terhindarkan. Persaingan dalam hal memperebutkan pasar, pengaruh, dan brand. Maka diperlukan strategi!

Secara akuntansi, keduanya juga sama. Sama-sama memperoleh pendapatan, menanggung beban finansial, dan dituntut laba.

Yang membedakan adalah pada penggunaan laba. Laba organisasi profit boleh diambil oleh pemiliknya, sedangkan organisasi non profit tidak ada pemiliknya sehingga labanya tidak boleh diambil oleh siapapun. Laba akan menjadi capital expenditure.



Cara Jitu Mengelola Organisasi non Profit
Harvard

Organisasi non profit adalah social enterprise. Ada sebuah contoh organisasi non profit yang dikelola secara sungguh-sungguh dan benar, yaitu Harvard University. Pada laporan keuangan 2014 yang diaudit oleh Price Waterhouse Cooper, mencatat pendapatan Rp 61 T. Uang kuliah dari mahasiswa menyumbang Rp 12 T (20%), sponsor Rp 11 T (19%), dan investasi Rp 24 T (38%).

Oleh karena itu, adalah sangat penting bagi organisasi non profit menyusun laporan keuangan yang teraudit dan bisa diakses publik, karena itu merupakan pondasi dari good corporate governance.

Selain itu, organisasi sosial non profitpun butuh core competence, kekuatan yang membuatnya percaya diri, ahli, fokus dan tumbuh dengan kecepatan tinggi.  

Bagaimana dengan organisasi  non profit di negeri ini, berapa banyak yang telah menyusun laporan keuangan yang sudah teraudit?

***    

Senin, 18 Januari 2016

Cara Ampuh Mengoptimalkan Budget Menurunkan Biaya : Sinergi

Sinergi ; mengoptimalkan budget menurunkan biaya
iklan produk cat

Update terbaru artikel-artikel menarik, renyah, dan inspiring tentang manajemen keuangan, akuntansi, karir bidang keuangan, dan personal finance pindah ke  www.manajemenkeuangan.net


Pada artikel sinergi dicontohkan bahwa sinergi bisa menjadikan nilai yang lebih besar dan bisa menciptakan nilai tinggi dari sesuatu yang terbengkalai.


Lalu apakah kasus berikut ini bisa dimasukkan dalam sinergi? Berikut urainnya;

Salah satu contoh kolaborasi yang apik antara sebuah merk produk cat dengan jaringan resto, di mana bintang iklan dalam tayangan tersebut adalah pemilik resto yang juga berprofesi sebagai presenter event MotoGP di sebuah televisi nasional.

Penulis tidak mengetahui dengan pasti kesepakatan kerja sama seperti apa yang terjalin antara keduanya. Apakah pihak bintang iklan dikontrak sebagaimana bintang iklan, ataukah keduanya melakukan kerjasama yang saling menguntungkan dan  mengoptimalkan  budget serta menekan biaya untuk hasil yang baik.

Pemilik jaringan resto selain sebagai bintang iklan, juga akan meningkatkan brand bisnisnya. Sedangkan perusahaan produk cat akan mendapatkan bintang iklan dengan penggunaan budget yang optimal. Keduanya saling diuntungkan.


Bila anda ingin berbisnis kuliner, artikel ini mungkin berguna :


Sinergi ; mengoptimalkan budget menurunkan biaya
konsumen


Terkadang konsumen tidak peduli dengan urusan bahan baku, persediaan, dan proses produksinya. Pokoknya mereka menuntut sesuai yang dijanjikan oleh suatu produk. Dan biasanya merk sebagai jaminannya.

Maka tepat sekali apa yang dilakukan oleh beberapa merk terkenal di dunia ini untuk bersinergi dengan para pabrikan. Toyota bersinergi dengan dengan para pabrikan dari Tegal dan Sidoarjo. Nike bersinergi dengan para pabrikan dari Jawa Barat dan Jawa Timur.

Melalui sinergi, perusahaan-perusahaan besar itu sukses mengeliminasi persediaan bahan baku dan bahan dalam proses dari rekening neracanya. Sinergi telah menyederhanakan sistem akuntansi dan kontrol persediaan bahan baku/setengah jadi yang rumit dan beresiko.  

Dengan sinergi, perusahaan-perusahaan itu bisa dan hanya Fokus pada Core Competence-nya.



Bila ingin menganalisa laporan keuangan, tidak ada salahnya anda membaca juga artikel ini:


***